Tahun 2024 mencatatkan pencapaian terbaik dalam lima tahun terakhir bagi kawasan industri di Jabodetabek dan sekitarnya, dengan serapan lahan mencapai sekitar 313 hektar. Menurut Willson Kalip, Country Head dari Knight Frank Indonesia, angka ini merupakan yang tertinggi sejak pandemi. Relokasi manufaktur dari negara-negara seperti China, Vietnam, dan Korea Selatan ke Indonesia, terutama akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China, telah menjadi faktor utama peningkatan ini. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku industri perlu memanfaatkan momentum ini sebagai peluang emas untuk menjaga pertumbuhan sektor industri, baik di kawasan Jabodetabek maupun secara nasional.

Saat ini, wilayah Jabodetabek dan Subang menjadi pusat pertumbuhan industri yang paling potensial, terutama dengan berkembangnya sektor otomotif yang berfokus pada produksi kendaraan listrik (EV) beserta industri pendukungnya. Sementara itu, sektor pusat data yang sebelumnya aktif menyerap lahan industri sejak 2021 mengalami penurunan permintaan pada akhir 2024. Meski demikian, sub-sektor industri secara keseluruhan menunjukkan performa terbaik sejak pandemi, mencerminkan kebangkitan industri manufaktur di Indonesia.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, beberapa kawasan industri di Jabodetabek berencana menambah pasokan lahan guna memenuhi kebutuhan para pelaku industri. Wilayah Subang juga tidak ketinggalan dalam upaya ekspansi ini, mengingat tingginya minat terhadap lahan industri di kawasan tersebut. Pertumbuhan ini mencerminkan optimisme terhadap prospek sektor industri yang semakin menjanjikan di Indonesia.

 

Sumber: Kompas.com