Pembangunan Inland Waterways kanal Cikarang-Bekasi-Laut Jawa (CBL) siap untuk segera dimulai di tahun ini. Saat ini, CBL tengah memasuki tahap finalisasi desain.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC, Elvyn G Masassya di sela-sela Media Gathering di Tanjung Pandan, Belitung pada Agustus 2018 mengatakan bahwa pihaknya sedang menyempurnakan desain. Nanti tak semata untuk jalur transportasi pemindahan barang dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Cikarang. Tapi diupayakan akan ada satu kawasan industri baru di areal ini.
Meski demikian, Elvyn menolak menjelaskan lebih detail terkait lokasi kawasan industri yang dimaksud. Evelyn mengatakan akan mengumumkan jika proyek kanal Bekasi Cikarang laut telah selesai. “Satu hal yang pasti, ini kabar paling baru terkait CBL ini,” tambahnya.
Direktur Teknik dan Manajemen Risiko IPC, Dani Rusli Utama menyebut kalau desain ini memang kompleks. Mereka selalu berkonsultasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terutama dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, untuk mengetahui dampak pada irigasi.
Selain itu ada pula beberapa jalur gas yang akan dilewati. Maka, konsultasi dengan para pemilik pipa gas juga terus dilakukan untuk memastikan metode yang diterapkan sesuai aspek safety dan security. Selain soal desain, konteks perizinan juga masih menjumpai kendala.
Ada lahan negara yang memang milik Kementerian PUPR. Ada pula masalah bagaimana mengurus izin lahan yang tadinya untuk perumahan lalu bisa menjadi area perindustrian. Urusan yang terakhir ini sudah diusulkan ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
IPC (Indonesia Port Corporation) sendiri kini siap menggelontorkan investasi awal Rp3 triliun untuk CBL. Total nilai proyek diperkirakan Rp6 triliun. Mereka sudah mengajukan ke pemerintah agar CBL ini nantinya ada sinkronisasi dengan akses lainnya.
Misalnya dengan jalur tol Jababeka. Proyek ini ditargetkan tuntas pada 2021. CBL sendiri masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional. CBL dinilai penting dan mendesak mengingat kondisi Pelabuhan Tanjung Priok yang terus berkembang sehingga perlu menyiapkan moda transportasi alternatif.
Ada dua aspek yang dihitung. Pertama, economic visibility yang sudah jelas akan berkontribusi. Kedua yakni financial visibility. Faktor kedua inilah yang lebih menantang karena IPC harus menyiapkan tarif total cost yang lebih rendah daripada moda transportasi lain sehingga bisa bersaing.
Untuk mewujudkan rancangan CBL banyak pihak yang dibutuhkan untuk mewujudkan. Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelindo II Dani Rusli mengatakan pihaknya membutuhkan dukungan antar kementerian dan pemerintah provinsi / daerah guna mempercepat progres pembangunan Kanal Cikarang Bekasi Laut, CBL.
Selain Pelindo II, memang ada beberapa instansi lain yang terlibat terkait pembangunan ini antara lain Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian ATR/BPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bekasi.
"Dari Pemprov Jabar kami perlu endorsement dari sisi Penlok, dari Kementerian ATR kami memerlukan tata guna lahan. Termasuk kemenhub dari sisi RIP (Rencana Induk Pelabuhan) dan konsesinya." katanya pada acara Forum Group Discussion (FGD) Pemanfaatan Kanal Cikarang Bekasi Laut sebagai Moda Transportasi Angkutan Logistik, Selasa (17/7/2018).
Dia mengatakan saat ini analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari KLHK juga belum keluar. Hal ini karena Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dari Kemenhub belum juga ada. Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dibutuhkan agar proyek bisa berjalan.
Selain itu, pihaknya mengaku memerlukan dukungan finansial dari pemerintah mengingat proyek yang termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini butuh biaya-biaya yang cukup besar untuk memulai pengerjaan. "Biaya cukup besar dimulai dari jembatan, kemudian akses jalan yang sebetulnya sudah ada, tapi harus diperlebar lagi yang nilainya luar biasa, angkanya hingga Rp 445 miliar," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, pembuatan bendung yang simulasinya sudah keluar dengan nominal angka Rp 150 miliar. Belum lagi ditambah untuk memindahkan pipa PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang berada di sisi kiri-kanan kanal.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pengerjaan proyek dia meminta dukungan pihak terkait mengingat tingginya kompleksitas proyek tersebut. Dia mengatakan dengan CBL Inland Waterway ini nantinya diharapkan mampu menurunkan ongkos logistik sebesar 20%-25%. Perhitungannya, jika kapal tongkang dapat masuk kanal tersebut hingga kawasan industri Cikarang, setidaknya akan ada 80 hingga 100 kontainer terangkut sekali jalan.
Pembangunan ini bertujuan mengoptimalkan potensi jalur kanal sungai sebagai alternatif transportasi logistik. Optimalisasi ini akan menghubungkan area off-the-road Pelabuhan Tanjung Priok dengan area hinterland. Pembangunan juga diharapkan dapat mengurangi kepadatan arus logistik jalur darat dari kawasan industri Cikarang dan Karawang menuju Pelabuhan Tanjung Priok.