Sektor properti di tahun 2025 menghadapi berbagai tantangan, termasuk pelemahan daya beli, tingginya harga tanah, serta kenaikan suku bunga. Kondisi global, seperti gangguan rantai pasok dan geopolitik yang tegang, tidak sepenuhnya memengaruhi ekonomi nasional yang diprediksi tetap stabil. Namun, percepatan pertumbuhan ekonomi di atas 5% masih terkendala oleh deflasi dan tekanan suku bunga. Di sisi lain, relokasi manufaktur China akibat perang dagang memberikan peluang bagi sektor logistik dan industri Indonesia.
Peluang utama terdapat pada sektor hunian, yang tetap menarik dengan munculnya konsep co-living dan permintaan di kalangan kelas menengah. Green property juga menjadi tren masa depan, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan prinsip ESG dalam pengembangan properti. Kota-kota seperti Jabodetabek, Bali, Makassar, Semarang, dan Surabaya diprediksi menjadi pusat pertumbuhan investasi properti. Sementara itu, digitalisasi dan penggunaan AI mulai menciptakan efisiensi baru dalam berbagai subsektor properti.
Subsektor industri, data center, pergudangan, pendidikan, dan kesehatan menunjukkan pertumbuhan positif, didukung oleh kebijakan pemerintah seperti PPN DTP dan pengembangan infrastruktur. Kolaborasi properti dengan sektor hiburan dan pariwisata, seperti konsep Topgolf, juga menjadi peluang menarik. Namun, keberlanjutan proyek IKN masih menjadi tanda tanya bagi pelaku industri properti.
Sumber: Medcom.id